Belajar dari Succsess Story Desa Nglangeran Perlunya Replikasi Model Desa Wisata Untuk Indonesia

Singgalangnews.com,Jakarta-Tim peneliti Universitas Pembangunan Nasional  Veteran Jakarta (UPN) yang diketuai Yani Hendrayani, Ph.D mengatakan, sangatlah diperlukan upaya replikasi keberhasilan pengembangan Desa Wisata Nglanggeran ke lokasi wisata di wilayah lainnya.

Pandemi COVID-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pasca pandemic tahun 2022, dalam meningkatkan minat pasar, destinasi yang diunggulkan adalah Desa Wisata.

Hal ini, seiring perubahan trend preferensi segmentasi pasar wisatawan pasca Pandemi Covid-19 dengan berorientasi pada daya tarik wisata yang lebih personalize, customize, localize, dan smaller in size, hal itulah yang diperkirakan akan makin diminati para wisatawan.

Berdasarkan catatan Kemenparekraf terdapat angka 30 persen adanya kenaikan kunjungan di Desa-desa Wisata pada masa pandemi di saat sektor pariwisata lainnya mengalami kontraksi. Desa Wisata menjadi primadona, Indonesia memiliki 1.838 desa wisata yang tersebar.

Yang paling menonjol adalah prestasi Desa Nglanggeran. Keberhasilannya itu, menjadikan Desa Nglanggeran sebagai desa terbaik dunia. Desa Nglanggeran yang terletak di Kapanewon Patuk, Gunung kidul, DIY berhasil meraih predikat sebagai Desa Wisata Terbaik Dunia 2021.

Penghargaan ini diberikan langsung  Organisasi Pariwisata Dunia atau United Nation World Tourism Organization (UNWTO) saat pertemuan di Madrid, Spanyol. Tentunya ini menjadi istimewa karena Desa Nglanggeran menjadi satu-satunya perwakilan milik Indonesia yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.

Berkaca dari kisah sukses Desa Wisata Nglangeran, Tim peneliti UPN Veteran Jakarta yang diketuai Yani Hendrayani,Ph.D mengatakan, sangatlah diperlukan upaya replikasi keberhasilan pengembangan Desa Wisata Nglanggeran ke lokasi wisata di wilayah lainnya.

Menggingat potensi besar sektor pariwisata di Indonesia yang memiliki kekayaan alam, budaya serta keindahan yang tersebar di seluruh pelosok nusantara perlu mendapatkan perhatian sama dari kemitraan dan kolaborasi multi pihak.

Yani dan tim mengemukakan temuan yang dalam penelitiannya tentang pengembangan model kemitraan multi stakeholder yang ideal dan dapat mendukung Desa Wisata Nglanggeran menjadi Desa Wisata Terbaik dunia.

Hasil penggalian lapangan melalui Focus Group Disscution atau FGD dengan beberapa stakeholder seperti yang terlibat dalam pengembangan desa wisata ini, yaitu; Mursidi Pengangas dan Pendiri Ekowisata Desa Nglangeran, Gunung Kidul, Mahmudi, Manager Comdev Relation Bank Indonesia, Sujarwono,SH Kadis Pengembangan Kemenpar Gunung Kidul, Dr. Sri,Perwakilan Akademisi, Heru Purwanto (Opinion Leader Perwakilan Masyarakat, Pemilik Homestay, Direktur BUMDes,Perwakilan petugas desa wisata Perwakilan Petani Coklat dan Karang Taruna

Dijelaskan bahwa dalam pengembangan Desa Wisata, perlu adanya dukungan dari berbagai aspek akomodasi, atraksi, transportasi, penyelenggara perjalanan, dan organisasi destinasi lokal.

Oleh karena itu, pengembangan destinasi wisata tidak terlepas dari peran ganda pemangku kepentingan terkait dalam elemen sistem pariwisata yang ada di luar kemampuan lokal. Pemangku kepentingan ini terutama bekerja pada sistem pariwisata.

Peran swasta melalui kegiatan CSR merupakan salah satu strategi dalam pengembangan pariwisata yang berkolaborasi dengan masyarakat lokal untuk diberdayakan agar sektor pariwisata dapat menjadi andalan bagi pemasukan devisa negara.

Inisiatif pengembangan desa wisata ini mendapat dukungan dari Program CSR dari Bank Indonesia, Pertamina dan beberapa Bank dan perusahaan besar di Indonesia yang telah dijalankan sejak tahun 2011 untuk mengembangkan desa wisata berkelanjutan.

Beberapa bantuan yang diberikan di antaranya; pembangunan waduk tadah hujan di puncak bukit dengan volume 8.000-10.000 m3 sebagai irigasi pertanian alami, perbaikan infrastruktur dan fasilitas penunjang wisata, serta berbagai pelatihan peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi kepada kelompok tani dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat.

Dari program tersebut, aktivitas CSR berhasil meningkatkan kesejahteraan setidaknya 4.200 penduduk desa di mana rata-rata pendapatan per keluarga mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 11,5 juta dalam satu bulan.

Tercatat setiap kepala keluarga mendapat alokasi tanah untuk bercocok tanam sebesar 2.000 m2 dengan total keseluruhan lahan seluas 30 hektar. Di lahan tersebut telah tertanam setidaknya 4.500 pohon durian dengan teknologi cocok tanam modern dan menghasilkan pendapatan tertinggi hingga Rp 140 juta per tahun.

Nilai yang cukup fantastis untuk kegiatan yang mensejahteran warga desa Nglanggeran.

Penelitian yang merupakan kerjasama UPN Veteran Jakarta dengan International Islamic University Malaysia (IIUM,) salah satu Universitas di Malaysia menghadirkan tenaga ahli dalam Sustainability professional dari International Sustainability Society Professional (ISSP) yaitu, Assoc Prof Dr. Irina Zein yang dihadirkan dalam melengkapi penggalian data di lapangan.

Kuncinya Kemitraan dan Kolaborasi multistakeholder menjadi faktor utama dalam menggerakkan industri pariwisata menuju keberlanjutan. Kemitraan multi staheolder menjadi bagian penunjang keberhasilan terwujudnya pembangunan berkelanjutan, jelas Yani menutup pembicaraan.(Sen)