Temuan Riset Frugal Consumer: Kredit Kendaraan Lunas Makin Cepat Tak Bikin Berat

JAKARTA - Di tengah ekonomi yang masih bergerak lambat dan tekanan biaya hidup yang terus meningkat, perilaku konsumen dalam pembiayaan otomotif mengalami perubahan signifikan.

Bahwa Survei Inventure–Alvara 2025 terhadap 247 responden menunjukkan bahwa 53% konsumen tidak setuju menggunakan kredit kendaraan dengan tenor panjang, meskipun cicilannya lebih ringan. Hanya 47% yang masih bersedia mengambil tenor panjang.

Temuan ini mengindikasikan perubahan orientasi konsumen dalam mengambil keputusan pembiayaan. Mereka kini memprioritaskan keamanan finansial jangka panjang dibandingkan kenyamanan cicilan bulanan yang lebih rendah.

Dalam kondisi dormant economy, ketika pendapatan stagnan dan harga kebutuhan meningkat, komitmen kredit jangka panjang dipandang sebagai beban risiko.

Sedangkan tenor panjang dianggap memperbesar total biaya bunga, memperpanjang ketidakpastian, serta mengurangi kemampuan konsumen mengatur ulang keuangan ketika kondisi memburuk. Sebaliknya, tenor pendek memberi rasa aman karena durasi komitmennya lebih terbatas dan lebih mudah dikelola.

Menurut Yuswohady, Managing Partner Inventure, pada acara Business Outlook 2026 di Jakarta, Selasa (9/12/2025), bahwa perubahan ini sepenuhnya sejalan dengan cara berpikir frugal yang kini mendominasi perilaku konsumen. Ia menegaskan bahwa

“Frugal consumer sangat sensitif terhadap risiko jangka panjang. Mereka tidak ingin terjebak komitmen panjang yang mengurangi fleksibilitas finansial. Tenor pendek dipilih bukan karena cicilannya lebih mahal, tetapi karena memberi kontrol dan ruang manuver saat ekonomi tidak pasti,” ungkapnya.

Sementara itu, Hasannudin Ali, CEO Alvara Research Center, melihat preferensi tenor pendek sebagai refleksi meningkatnya kehati-hatian publik. Ia menjelaskan bahwa, konsumen kini menilai pembiayaan bukan hanya dari besar cicilan, tetapi dari total cost dan dampaknya terhadap stabilitas keuangan keluarga. Mereka lebih memilih menyelesaikan kewajiban lebih cepat untuk meminimalkan risiko ketika ekonomi masih penuh tekanan.

Pergeseran preferensi ini mempertegas karakter Frugal Consumer yang muncul selama perlambatan ekonomi. Mereka tidak menunda pembelian kendaraan, tetapi menjadi sangat selektif dalam menentukan skema pembiayaannya. Pembelian tetap terjadi namun hanya jika struktur kreditnya dianggap aman, fleksibel, dan tidak membebani jangka panjang.

Bagi industri otomotif dan lembaga pembiayaan, perubahan ini harus dibaca sebagai sinyal penting bahwa model kredit berbasis tenor panjang tidak lagi seefektif sebelumnya.

Konsumen kini lebih menimbang total cost of ownership, risiko bunga jangka panjang, dan implikasinya terhadap stabilitas finansial personal. Ke depan, pasar membutuhkan produk kredit yang lebih adaptif, lebih transparan, dan lebih selaras dengan ritme keuangan masyarakat di era frugality, pungkasnya. (sm/*)