Industrialis Gunawan Tjokro Sebut Jalinan Ilmu dan Industri Ufuk Menuju Indonesia Emas 2025

JAKARTA: Banyak potensi besar untuk memajukan pendidikan dan industri di Indonesia secara bersamaan akan berkembang menuju visi Indonesia Emas 2045.
Gunawan Tjokro selaku pelaku industri nasional selalu merenungkan potensi emas ini yang ternyata belum tergali dan tereksekusi secara optimal di Indonesia. Lebih dari 3.500 perguruan tinggi, Indonesia masih jauh dari dunia industri.
Bagi Gunawan Tjokro yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Dynaplast berpandangan bahwa sinergi antara industri dan kampus bukan sekadar wacana, bukan retorika, dan bukan sekadar omong-omon, melainkan sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak untuk menjawab tantangan bisnis masa kini.
“Kita punya ribuan kampus, tapi banyak lulusan belum siap kerja,” ungkap Gunawan di Jakarta.
Gunawan yang sebelumnya menjadi profesional selama 10 tahun di dua perusahaan multinasional, PT Kalbe Farma Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk ini bercerita tentang pengalamannya di PT Dynaplast, korporasi yang memproduksi plastik terkemuka yang mengantarkannya sebagai Preskom ini.
Perusahaan yang didirikan mendiang Soebekti Hambali ini rutin menggelar program Management Trainee (MT) dengan tujuan membentuk lulusan baru menjadi tenaga kerja yang sesuai kebutuhan perseroan.
Proses ini yang memakan waktu satu hingga dua tahun sehingga menelan biaya besar. Hal tersebut bisa ditekan jika industri dan perguruan tinggi bekerja sama lebih erat dengan berkolaborasi dan bersinergi sesuai misi dua entitas ini.
"Melalui kemitraan, kurikulum kampus bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasar, sehingga lulusan tak lagi butuh pelatihan intensif," jelasnya.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, yang memungkinkan mahasiswa magang di perusahaan, disebutnya sebagai langkah awal yang menjanjikan.
“Magang itu jembatan bagus, mahasiswa belajar langsung di lapangan. Mereka akan mengenal dan memahami dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga pengalaman selama magang bisa menjadi referensi dan inspirasi mereka ke depan,” terang Gunawan.
Tak hanya soal talenta, Anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini juga melihat peluang besar dalam inovasi.
Gunawan mengatakan ekosistem industri seperti PT Dynaplast tetap membutuhkan solusi bisnis berbasis riset untuk tetap kompetitif. Kolaborasi dengan perguruan tinggi bisa membuka akses ke penelitian berkualitas tanpa perusahaan harus membangun pusat R&D sendiri. Ini tentu lebih efisien dan tak begitu memakan dana besar perusahaan, ujarnya.
Master of Business Administration (MBA) dari Philippines ini mendorong agar platform digital yang mempertemukan peneliti kampus dan pelaku industri lebih friendly sehingga memudahkan pertukaran ide dan sumber daya.
“Riset kampus itu permata, tapi perlu dipoles industri. Tujuannya jelas agar hasil riset lebih mudah dieksekusi,” tegasnya.
Gunawan juga menyinggung soal angka pengangguran terdidik yang mencengangkan. Data Badan Pusat Statistik 2024 menyebut 842.378 lulusan perguruan tinggi belum mendapat pekerjaan. Angka ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan dan dunia kerja belum terkoneksi sesuai cita-cita kontitusi Republik ini.
Dia mengingatkan tentang tujuan pendidikan seperti pernah disampaikan Plato bahwa pendidikan bukanlah pengisian bejana, melainkan penyalaan api.
Bagi kandidat Doktor Kehormatan Unnes ini, api itu harus dinyalakan melalui kolaborasi erat antara kampus dengan industri, memastikan ilmu tak hanya tersimpan di kelas dan ruang-ruang diskursus saja. Akan tetapi menyala di dunia nyata.
Pendiri PT Gunanusa Eramandiri Tbk (GUNA) ini mengusulkan agar industri harus memanfaatkan program “Praktisi Mengajar” sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Dengan melakukan praktik dan berbagi pengalaman di kelas, mahasiswa bisa lebih paham dengan realitas industri sejak dini. Adanya harmonisasi kebijakan meliputi penyelarasan regulasi pendidikan tinggi dan perindustrian agar kolaborasi berjalan mulus.
Bagi Gunawan, sinergi ini bukan hanya soal keuntungan bisnis, melainkan juga kontribusi nyata untuk masa depan bangsa. Dengan talenta siap pakai dan inovasi yang lahir dari kemitraan, Dia yakin Indonesia bisa melangkah lebih percaya diri menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Industri dan kampus harus saling rangkul, ini kunci daya saing kita diperhitungkan dunia,” tegas Gunawan yang aktif memimpin cabor Wushu ini. (sm)
Tulis Komentar