Pos Indonesia Menuju Logistic Champions

Arya Sinulingga Stafsus Menteri BUMN bidang Komunikasi Publik, Faizal Rochmad Djoemadi Direktur Utama Pos Indonesia, Achmad Fachroji Direktur Utama Balai Pustaka, Yuswohady Founding Director IBF, dan Bagus Zidni Ilman Nafi sebagai moderator, dalam diskusi Indonesia Brand Forum (IBF) 2024 bertajuk BUMN Soko Guru Indonesia Maju: Menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Foto:marno

JAKARTA - Dalam acara Press Conference Indonesia Brand Forum (IBF) 2024 bertajuk BUMN Soko Guru Indonesia Maju: Menuju Indonesia Emas 2045, di Pos Bloc, Pasar Baru, Jakarta, Rabu 24 Juli 2024.

Pada acara forum diskusi tersebut membedah secara mendalam terkait IBF 2024 yang akan dihelat pada 31 Juli mendatang. Acara ini nantinya mengusung konsep conference dan peluncuran buku. Pos Indonesia menjadi salah satu BUMN yang dijadikan case study dalam buku IBF yang berjudul Elephant Learns Flamenco.

Forum diskusi ini menghadirkan narasumber Arya Sinulingga Stafsus Menteri BUMN bidang Komunikasi Publik, Faizal Rochmad Djoemadi Direktur Utama Pos Indonesia, Achmad Fachroji Direktur Utama Balai Pustaka, Yuswohady Founding Director IBF, dan Bagus Zidni Ilman Nafi Senior Business Analyst sebagai moderator, dan dihadiri karyawan Pos Indonesia, Balai Pustaka, dan internal Kementerian BUMN.

Disampaikan oleh FaizalR ochmad Djoemadi, Direktur Utama Pos Indonesia, untuk ke depan Pos Indonesia sedang menuju menjadi logistic company. Kami disiapkan menjadi Holding Logistik. Pos Indonesia shifting dari networking ke logistic company.”

Faizal memaparkan,Pos Indonesia menjadi salah satu gambaran sukses Kementerian BUMN melakukan transformasi. Milestone ke depan Pos Indonesia akan fokus menjadi perusahaan logistik. Saat ini Pos Indonesia tengah bersiap untuk melangkah ke babak selanjutnya, menjemput masa depan yang lebih baik.

Perusahaan yang berkantor pusat di Bandung ini sedang berlari menuju misi besar. Atas arahan pemegang saham, BUMN ini tengah dalam proses transformasi menuju menjadi perusahaan logistik, setelah sebelumnya sukses bertransformasi dari network company ke platform company.

“Tahun depan, Pos Indonesia harus menjadi perusahaan logistik. Itu kata Pak ET.” ujar Faizal.

Yang menarik, selain bertransformasi menjadi perusahaan logistik, Pos Indonesia juga ditetapkan menjadi PMO (Project Management Officer) untuk Klaster Logistik BUMN, sebelum nantinya menjadi Holding Logistik BUMN. 

Disampaikan Faizal Rochmad Djumadi, Direktur Utama Pos Indonesia di Jakarta, Rabu (24/7), “Melalui pembentukan BUMN Klaster Logistik, terdapat potensi terbentuknya layanan logistik secara end-to-end yang dimiliki oleh anggota Klaster BUMN Logistik, sehingga menjadi keunggulan kompetitif untuk memperkuat posisi layanan BUMN dalam pasar logistik nasional.”

Transformasi yang dijalankan ini tak bisa dilepaskan dari visi besar NKRI. Sebagai BUMN, langkah Pos Indonesia memang harus selaras dengan kepentingan bangsa dan negara, yang telah diungkapkan Presiden Jokowi. 

Presiden Jokowi percaya bahwa Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat, dengan peluang besar menempati posisi keempat atau kelima di dunia. Untuk mencapai visi Indonesia Maju 2045 (mega vision): Indonesia Keluar dari Jerat Pendapatan Menengah (Middle Income Trap) itu, transformasi ekonomi pun menjadi agenda utama.

Salah satu kunci dalam transformasi ekonomi adalah penguatan struktur ekonomi. Di sini, pemerintah berupaya meningkatkan produktivitas di berbagai sektor, dengan 6 poin utama strategi besar transformasi ekonomi Indonesia: SDM yang kompetitif, produktivitas sektor ekonomi, ekonomi berkelanjutan, transformasi digital, pemindahan IKN, dan integrasi ekonomi domestik. 

Dari poin-poin tersebut, Pos Indonesia diharapkan dapat berkontribusi pada aspek peningkatan produktivitas sektor ekonomi dan integrasi ekonomi domestik.

Bahwa biaya logistik Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia berada di angka 14% untuk biaya logistik nasional, sementara rata-rata negara di dunia hanya berada di angka 12%. Angka ini menunjukkan tidak adanya efisiensi dalam manajemen logistik nasional. 

Berharap bahwa pondasi yang telah diletakkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir akan terus berlanjut. Semua ini demi mencapai visi Indonesia Emas 2045 mendatang, pungkas Faizal.  (sm)