Investasi Data adalah Kunci Mendorong Dunis Usaha Keberlanjutan

Verena Siow President and Managing Director, SAP South East Asia, dalam sesi online bersama media, Jakarta, Senin (7/11/2022). (*)

JAKARTA - SINGGALANGNEWS.COM, Penelitian terbaru Oxford Economics dan SAP telah mengungkapkan bahwa masih perlu upaya lebih untuk mendorong nilai keberlanjutan bagi dunia usaha di seluruh Indonesia.

Meskipun 69 persen usaha mengaku tidak sulit untuk menerapkan keberlanjutan dan tetap menguntungkan, namun baru 13 persen yang mengaku strategi keberlanjutan mereka hari ini telah mencapai hasil yang bernilai.

Hal ini terjadi karena masih ada celah antara rencana dan tindakan keberlanjutan pada banyak perusahaan. Kurang dari setengah (46%) bisnis di Indonesia memiliki rencana keberlanjutan yang dikomunikasikan dengan jelas, sehingga hanya ada 13 persen yang memberi insentif kepada para pemimpin berdasarkan sustainability success dan bahkan kurang dari dua per lima (38 persen) yang karyawannya merupakan peserta aktif dalam upaya keberlanjutannya.

Verena Siow, President and Managing Director, SAP South East Asia, dalam sesi online bersama media (7/11) mengakui ini adalah sesuatu yang menggembirakan, artinya dunia usaha di seluruh Asia Tenggara semakin memperhatikan praktik keberlanjutan di seluruh rantai pasokan mereka, termasuk pemasok mereka.

“Tidak ada waktu yang disia-siakan untuk bergerak di luar strategi dan mencapai hasil yang jelas dan nyata. Dalam tiga tahun, hampir sepertiga bisnis mengharapkan nilai signifikan dari strategi keberlanjutan mereka – dan kami percaya bahwa dengan fokus yang tepat, angka ini bisa lebih tinggi lagi,” ujar Verena Siow.

Strategi keberlanjutan di Indonesia saat ini utamanya didorong oleh regulator. Responden survei mencatat bahwa pendorong utama keberlanjutan dalam bisnis mereka adalah mandat regulasi usaha (60%), artinya nilainya lebih besar dibandingkan permintaan pelanggan (54%) dan reputasi pasar (54%).

Fokus tersebut sejalan dengan kepatuhan terhadap peraturan sebagai manfaat utama yang diperoleh dari keberlanjutan sejauh ini (56%), dibandingkan dengan pengurangan emisi karbon dan peningkatan produktivitas.

Bahwa perusahaan mungkin perlu memfokuskan kembali strategi mereka untuk mencapai nilai lebih besar dari keberlanjutan. Terlalu fokus pada kepatuhan peraturan disebut-sebut sebagai tantangan tertinggi ketiga bagi keberhasilan keberlanjutan oleh responden Indonesia, setelah kurangnya penemuan strategi bisnis yang baru dan data yang tidak efektif.

Kunci meningkatkan hasil keberlanjutan adalah penggunaan efektif data organisasi untuk membuat keputusan yang lebih tepat. Data yang akurat menduduki peringkat sebagai salah satu faktor paling signifikan untuk membantu mencapai tujuan pengurangan karbon, yang lainnya adalah sumber berkelanjutan di antara dunia usaha di Indonesia, jelasnya.

Sementara itu, Edward Cone, Editorial Director, Oxford Economics menilai sustainabilityleaders berupaya lebih melampaui visi untuk memastikan bahwa inisiatif keberlanjutan ditindaklanjuti.

“Mereka berkomunikasi dengan konstituen utama baik di dalam maupun di luar perusahaan, dan mereka menggunakan teknologi terintegrasi untuk mengukur dan melacak kinerja dengan cara yang mendorong akuntabilitas,” kata Edward Cone.

Dalam konferensi COP27/The 2022 United Nations Climate Change Conference tahun ini, SAP telah berkomitmen untuk mendukung lebih banyak transformasi kebijakan secara global dan membantu inovasi bisnis berkelanjutan memberi energi kepada negara-negara berkembang.

Kemitraan publik dan swasta sangat menentukan untuk mempengaruhi perubahan yang diperlukan dalam membangun ekonomi hijau di ASEAN. Para pemimpin bisnis di Asia Tenggara seharusnya tidak menganggap tindakan keberlanjutan sebagai tindakan mitigasi risiko saja.

Ini adalah kesempatan mewujudkan aliran pendapatan baru berkelanjutan, efisiensi baru, dan membangun model bisnis baru berdasarkan konsep rendah emisi, sirkular, dangan konsep regeneratif bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi masyarakat pada umumnya, jelas Siow. (sm_r)